ZUNNUN AL-MISRI
ZUNNUN AL-MISRI
(Mesir, 165-264 H)
Zunnun Al-Misri berasal dari Akhtaman salah satu kota di daerah pedalaman Mesir, beliau dimakamkan di Pemakaman asy-Syafi’i, beliau bernama lengkap Abu al-Fayd Sauban bin Ibrahim al-Misri., ayahnya seorang Nubian (sebutan bagi penduduk Nubiah, dan termasuk keturunan pembesar Quraisy), beliau memiliki banyak saudara, dan salah satunya adalah Zu al-Kifli yang banyak memberikan keterangan tentang hal-ikhwal saudaranya.
Beliau merupakan tokoh pertama kesufian, yang menonjolkan tentang teori makrifat. Faham tentang Makrifat sudah banyak dikemukakan oleh tokoh sufi sebelum al-Misri, tapi yang paling menekankan konsep Makrifat pada ajaran tasawuf adalah Zunnun al-Misri.
Zunnun ber mutawatta’ dan mempelajari disiplin ilmu fiqh kepada Malik Ibn Anas, dan di bidang spritual beliau belajar pada Israfil al-Maghribi.
Zunun pernah mengatakan : “aku menempuh perjalanan 3 kali dan mendapatkan 3 ilmu. Pada perjalanan pertama aku dapatkan ilmu yang bisa diterima kalangan awam dan khass, pada perjalanan kedua aku dapatkan ilmu yang hanya bisa diterima kalangan khass, dan pada perjalanan yang ketiga aku dapatkan ilmu yang tidak bisa diterima oleh kalangan awam maupun khass. Maka tinggalah aku hampa papa seorang diri”.
Menurut zunnun tingkatan makrifat terbagi atas tiga golongan, (1) tingkat awam, tingkat yang mengetahui Tuhan dengan syahadat; (2) tingkat ulama, yaitu mengetahui Tuhan lewat penalaran akal dan logika; dan (3) tingkat sufi, yaitu memngetahui Tuhan lewat hati sanubari.
Makrifat yang sesungguhnya adalah makrifat lewat hati sanubari, karena pada tingkatan syahadat dan logika itu sebenarnya bukan makrifat, itu dapat digolongkan kedalam kategori ilmu saja.
…………Memikirkan zat Allah adalah kebodohan, mengisyaratkan sesuatu kepadaNya adalah kesyirikan, dan hakikat makrifat adalah kebingungan…………
Sebagai sorang sufi dan tokoh besar dalam ilmu makrifat, beliau mengatakan bahwa ciri-ciri orang arif (orang yang telah sempurna makrifatnya) adalah :
1. Cahaya makrifat tidak pernah padam dari dirinya berupa ketaqwaan
2. Tidak meyakini hakikat kebenaran suatu ilmu yang menghapuskan atau membatalkan secara zahirnya.
3. Kenikmatan dari Allah tidak membuatnya lupa dan melanggar perintah Allah SWT
Zunnun pernah ditanya tentang bagaimana memperoleh makrifat itu, beliau berkata :” ariftu rabbi bi rabbi” yang artinya aku mengenal Tuhanku dengan Tuhan. Karena mengenal Allah tidak akan bisa dengan logika dan penalaran akal, melainkan dengan hati sanubari yang bersih dan selalu diisi dengan asma agung Allah.
Beliau mengatakan bahwa akhlak seorang arif billah adalah Allah, dan orang yang arif akan bersifat seperti sifat-sifat Tuhan dan selalu menjaga perilakunya agar tidak terjebak dalam kenistaan dunia yang menghanyutkan dan menghinakan orang yang dekat kepada Allah.
Selain konsep makrifat beliau juga mengungkapkan pengalamannya tentang khauf (rasa takut kepada Allah). Menurutnya, jika kebenaran telah meliputi diri seseorang maka kebenaran akan rasa takut kepada Allah akan meliputi dirinya. Beliau mengatakan : “takut itu penjaga amal dan harap itu adalah penolong bencana”
Beliau adalah tokoh yang penuh dengan mahabbah terhadap Tuhan, itu tampak dari perkataan beliau “aku memanggilMu, di hadapan orang lain dengan Ilahi (wahai Tuhan), tetapi manakala aku sendirian aku memanggilMu dengan panggilan Ya Habibi(Wahai Kekasihku)”.
Zunnun berkata Neraka bukanlah yang harus ditakuti, yang lebih ditakuti adalah ketika berpisah dari Kekasih Sejati. Ketakutannya tak lebih dari setetes air yang dibuang ke samudera cinta Allah.
Ketika ditanya tentang apa itu mahabbah, beliau menjawab : “Mahabbah ialah mencintai apa yang dicintai Allah, membenci apa yang dibenci Allah, mengerjakan secara paripurna apa yang diperintahkan, dan meninggalkan segala sesuatu yang akan membuat kita jauh dari Allah, tidak takut pada apapun selain dari Allah, dan bersifat lembut terhadap saudara dan bersifat keras terhadap musuh-musuh Allah, dan mengikuti jejak Rasulullah dalam segala hal”
Sudah menjadi tradisi seorang sufi dengan musafir dan bersafari cinta di taman firdaus Allah yang luas di muka bumi ini, dan itu pun terjadi kepada beliau, zunnun terkenal sering melakukan perjalanan ke berbagai daerah, suatu hari ketika beliau akan berangkat menuju Jeddah beliau menumpang sebuah kapal sudagar. Ketika dalam perjalan sang saudagar kehilangan permata yang sangat berharga, dan menuduh zunnun yang mengambil permata itu. Karena itu, zunnun disiksa dan dianiaya oleh saudagar dan oleh anak buahnya. Beliau dipaksa untuk mengaku sesuatu perbuatan yang tudak pernah dilakukannya tersebut. Akhirnya dalam ketersiksaannya beliau bermunajat kepada Allah :”Wahai Tuhan, Engkaulah Yang Maha Tahu”. Mendadak dari laut tersebut muncullah ribuan ekor ikan nun yang membawa permata di mulutnya dan mendekati kapal. Lalu beliau mengambil salah satu permata dan menyerahkannya kepada saudagar tersebut. Sejak peristiwa aneh itu, ia digelari dengan “zunnun” yang artinya yang empunya ikan nun.
Zunnun meninggal pada tahun 425 H. tatkala orang mengusung jenazahnya, muncullah sekawanan burung hijau yang memayungi jenazahnya dan seluruh pengiring jenazah dengan sayap-sayap hijau burung tersebut. Dan pada hari kedua, orang-orang menemukan tulisan pada nisan makam beliau, “Zunnun adalah kekasih Allah, diwafatkan karena Rindu” dan setiap kali orang akan menghapus tulisan itu, maka muncul kembali seperti sedia kala.
Allah tidak akan pernah memuliakan seorang hamba dengan kemuliaan yang lebih mulia daripada ketika dia menghinakannya atas kehinaan dirinya. Dan Allah tidak menghinakan seorang hamba dengan kehinaan yang lebih hina daripada ketika dia menutupi dengan kehinaan dirinya.
Karena Hijab yang paling samar dan paling kuat adalah melihat diri.
0 comments:
Post a Comment