Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly.
Your Ad Here

Thursday, July 9, 2009

KEBEBASAN MENURUT PAHAM SYI’AH DAN KHAWARIJ

ILMU KALAM
“Dan kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat kami”.

Pemimpin-pemimpin yang sabar dan memberi petunjuk dengan menggunakan Perintah Allah yang tertuang dalam ayat-ayat al-Qur’an dan Hadits Nabi Muhammad SAW merupakan pemimpin-pemimpin yang saat ini diperlukan oleh umat Islam, baik itu di negeri kita ini yang mayoritas penduduknya adalah muslim, dan penduduk muslim dunia secara global.
Pemimpin ideal yang menjadi panutan sepanjang jaman dan merupakan referensi teori kepemimpinan khilafah dan imamah adalah Baginda Nabi Muhammad SAW. Teori dan system kepemimpinan berarah kepada Rasulullah yang tidak hanya sebagai pemimpin spritual tetapi juga sebagai pemimpin politik pemerintahan praktis.
Dibawah ini saya akan menyampaikan beberapa konsep kepemimpinan dari beberapa sekte yang berkembang dalam dunia Islam, perspektif yang berbeda dari sekte-sekte tersebutlah yang mewarnai system kepemimpinan yang menjadi bagian sejarah Islam yang terus menjadi landasan dari berbagai penelitian tentang idealisme kepemimpinan Islam yang harus menjadi acuan dan rujukan dari pemerintahan Islam Modern.
Terlepas dari semua system yang ada, semua harus dipandang sebagai alat dan tujuan untuk mencapai ridha dan kasih sayang Allah semata, system dan konsep yang berkembang di berbagai sekte tersebut harus dikembalikan kepada rujukan tunggal Muslin di seluruh dunia yaitu Ayat-Ayat Suci Al-Qur’an serta Hadits Nabi Muhammad SAW.

PENGERTIAN PEMIMPIN
Ketika ingin memulai suatu pembahasan ada baiknya kita melakukan suatu pendefinisian atas pokok bahasan kita. Pendefinisian ini membantu kita untuk memahami dan mensistematiskan alur pembahasan. Kepemimpinan berasal dari kata pemimpin, yang artinya adalah yang berada di depan dan memiliki pengikut, baik orang tersebut menyesatkan atau tidak. Ketika berbicara kepemimpinan maka ia akan berbicara mengenai prihal pemimpin, orang yang memimpin baik itu cara dan konsep, mekanisme pemilihan pemimpin,dan lain sebagainya. Terdapat ragam istilah mengenai kepemimpinan ini, ada yang menyebutkan imamah dan khilafah. Masing-masing kelompok islam memiki pendefinisian berbeda satu sama lain, namun ada juga yang menyamakan arti khilafah dan imamah.
Seorang ulama bernama syekh Abu Zahra dari kelompok sunni menyamakan arti khilafah dan imamah. Ia berkata “Imamah itu disebut juga sebagai khilafah. Sebab orang yang menjadi khilafah adalah penguasa tertinggi bagi umat islam yang menggantikan Rasul SAW. Khilafah juga disebut imam (Pemimpin) yang wajib di taati. Manusia bejalan di belakangnya, sebagaimana manusia sholat di belakang imam”.

Ayat- Ayat Al-Qur’an Yang Membahas Persoalan Kepemimpinan
1. Ali Imran Ayat 159 :
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah Lembut terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu Telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”.

2. Asy Syura Ayat 38 :
“Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang kami berikan kepada mereka”.

3. As Sajdah Ayat 24 :
24. Dan kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah kami ketika mereka sabar. dan adalah mereka meyakini ayat-ayat kami.

4. Al- Maidah Ayat 51 :
“ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, Maka Sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim”.


5. At Taubah Ayat 23 :
“Hai orang-orang beriman, janganlah kamu jadikan bapa-bapa dan saudara-saudaramu menjadi wali(mu), jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka wali, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim”.


PANDANGAN KAUM KHAWARIJ TENTANG PEMIMPIN UMAT ISLAM
Khawarij adalah aliran teologi pertama yang muncul dalam dunia islam.Aliran ini mu;lai timbul pada abad ke 1 H atau abad ke 8 M pada masa pemerintahan Ali bin Abi thalib, khalifh terakhir dari Al- Khulafa’ ar-Rasyidin. Kemunculannya dilatarbelakangi oleh adanya pertikaian politik antara Ali dan Mu’awiyah bin Abu Sufyan, yang pada waktu itu menjabat Gubernur Syam.
Keputusan Ali menerima Arbitrasi ( Tahkim ) sebagai jalan untuk menyelesaikan persengketaan tentang khilafah ( Kekhalifahan ) dengan mu’awiyah ternyata tidak di dukung oleh semua pengikutnya. Mereka yang tidak setuju dengan sikap Ali keluar dari barisan, lalu mengangkat Abdulah bin Wahab ar-Rasibi sebagai pemimpin mereka yang baru. Kelompok ini kemudian memisahkan diri ke Harura suatu desa dekat Kufah. Mereka inilah yang kemudian dikenal sebagai kaum khawarij. Arti nama khawarij, bentuk jamak dari kharij (orang yang keluar), adalah orang-orang yang keluar dari barisan Ali bin Abi thalib.
Pada prinsipnya kaum khawarij berpendapat tentang kekhalifahan yaitu mereka berpendirian bahwa khalifah seharusnya dipilih secara bebas oleh seluruh umat islam. Yang behak menjadi khalifah bukan hanya terbatas dari suku kuraisy, bukan pula hanya orang Arab, melainkan semua orang islam boleh menjadi Khalifah selama ia memiliki Kapasitas untuk memangku jabatan itu. Selanjutnya, Khalifah wajib ditaati hanya bila ia bersikap adil dan menjalankan syariat islam, tetapi jika ia menyeleweng dari ajaran-ajaran islam, ia mesti di bunuh.
Paham dan ajaran pokok dari setiap sekte Khawarij yang penting adalah sebagai berikut :
1. Al-Muhakimah dipandang sebagai golongan Khawarij asli karena terdiri dari pengikut-pengikut Ali yang membangkang.
2. Al-Azariqah sekte ini lahir sekitar tahun 60 Hijriah di daerah perbatasan antara Irak dan Iran. Al-Azariqah membawa paham yang lebih ekstrem. Paham mereka antara lain adalah bahwa setiap orang Islam Al-Azariqah di anggap musyrik. Pengikut Al-Azariqah yang tidak sudi berhijrah ke dalam wilayah mereka juga dianggap musyrik. Menurut mereka semua orang yang musyrik, boleh ditawan atau di bunuh termasuk anak dan isteri mereka.
3. An-Najdat, sekte ini adalah kelompok yang dipimpin oleh Najdah bin Amir al-Hanafi, penguasa daerah Yamamah dan Bahrein. Lahirnya kelompok ini sebagai reaksi terhadap pendapat Nafi’ pemimpin Al-Azariqah, yang mereka pandang terlalu ekstrem.
4. Al-Ajaridah, pemimimpim sekte ini adalah Abdul Karim bin Ajarrat, mereka berpendapat bahwa tidak wajib berhijrah ke wilayah mereka seperti yang di ajarkan Nafi’, tidak boleh merampas harta dalam peperangan kecuali harta orang yang mati terbunuh, dan tidak dianggap musyrik anak-anak masih kecil. Bagi mereka al-Qur’an sebagai kitab suci tidak layak memuat kisah-kisah percintaan, seperti yang terkandung dalam surah Yusuf. Bagi mereka surah Yusuf tersebut bukan bagian dari Al-Qur’an.
5. As-Sufriah, sekte ini hampir serupa dengan paham Al-Azariqah, sedangkan nama As-Surifah dinisbatkan dari nama pemimpin kelompok mereka Ziad bin Asfar. Pendapatnya yang penting adalah istilah kafir ( mengandung dua arti yaitu kufur nikmat dan kufur terhadap Allah ).

PANDANGAN KAUM SYI’AH TENTANG PEMIMPIN UMAT ISLAM
Kolompok syi’ah dalam hal kepemimpinan membedakan pengertian antara khilafah dan imamah. Hal ini dapat dilihat berdasarkan fakta sejarah kepemimpinan dalam islam setelah Rasulullah SAW wafat. Kelompok syi’ah sepakat bahwa pengertian imam dan khilafah itu sama ketika Ali bin Abi Thalib diangkat menjadi pemimpin. Namun sebelum Ali menjadi pemimpin. Mereka membadakan pengertian imam dan khalifah Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan Utsman adalah khalifah, namun mereka bukanlah imam.
Bagi kelompok syi’ah sikap seorang imam haruslah mulia sehingga menjadi panutan para pengikutya. Imamah di definisikan sebagai kepemimpinan masyarakat umum, yakni seseorang yang mengurusi persoalan agama dan dunia sebagai wakil dari Rasulullah SAW, khalifah Rasulullah SAW yang memelihara agama dan menjaga kemuliaan umat dan wajib dipatuhi serta diikuti. Imam mengandung makna lebih sakral daripada khalifah.
Secara implisit kaum syi’ah menyakini bahwa khalifah hanya melangkupi ranah jabatan politik saja, tidak melingkupi ranah spiritual keagamaan. Sedangkan imamah melingkupi seluruh ranah kehidupan manusia baik itu agama dan politik. Wacana mengenai kepemimpinan dikalangan umat islam memiliki ragam pendapat. Pada golongan besar umat islam. Yakni sunni dan syi’ah terdapat konsep kepemimpinan yang siknifikan yang berbeda. Bahkan dikalangan umat islam yang mengklaim dirinya bukanlah bagian dari suatu kelompok besar tersebut juga memiliki pandangan berbeda, kelompok ini cenderung pada pemikiran konsep ke pemimpinan barat.
Kalangan syi’ah sepakat bahwa urusan kepemimpinan setelah Rasulullah SAW wafat, maka Allah SWT melalui Rasul-Nya telah menetapkan pemimpin setelah Rasulullah SAW, yaitu Ali bin Abi Thalib beserta keturunannya dari Fatimah Az-Zahra. Bahkan kelompok syi’ah ini memasukan kepemimpinan ini kedalam pokok-pokok agama (ushuluddin). Kalangan syi’ah memiliki alasan yang juga dilandasi Al-Qur’an dan sunnah untuk mendukung argumentasinya diantaranya adalah, yaitu : QS al-Ahzab : 33, hadits Tsalaqain dan hadits Ghadir Khum.

KESIMPULAN
Kepemimpinan dalam Islam haruslah seorang tokoh ulama yang benar-benar bertanggung jawab penuh atas kemaslahatan dan keselamatan umatnya.kepemimpinan setelah Rasulullah SAW, merupakan pemimpin yang memiliki kwalitas spiritual yang sama dengan Rasul, terbebas dari segala bentuk dosa, memiliki pengetahuan yang sesuai dengan realitas, tidak terjebak dan menjauhi kenikmatan dunia, serta harus memiliki sifat adil.
Alam semesta dan manusia memiliki dimensi materi dan imateri. Islam merupakan agama yang sempurna dimana pengaturannya meliputi seluruh alam semesta ini. Ketika kehidupan beragama dipisahkan dari aktivitas politik, maka seolah-olah Islam tidak mengatur bagaimana kehidupan berpolitik dan bermasyarakat. Justru terkadang manusia memiliki pengetahuan yang terbatas terhadap realitas alam semesta ini. Sehingga manusia dapat saja berbuat kekeliruan dalam bertindak dan memutus suatu perkara. Manusi dalam hal ini seolah-olah tidak berdaya, akan tetapi kalau dicerna lebih lanjut maka ini sebenarnya menguntungkan, karena ada kerja ilahi yang mengantarkan manusia pada kesempurnaan. Manusia cukup mentaati dan menerapkan hokum Allah tersebut.
Hanya manusia-manusia yang di bimbing oleh Tuhanlah yang dapat memahami realitas alam semesta. Manusia yang memahami agama Islam secara komprehensif baik dimensi materi ataupun imateri yang dapat membawa suatu masyarakat menuju arah kesempurnaan dan kebahagiaan hakikih. Selain itu di angkatnya seseorang menjadi pemimpin (Nabi. Para Imam, atau Ulama/fuqaha) juga berdasarkan gerak dan kebijaksanaan yang diraih oleh orang tersebutdalam perjalanan spiritualnya. Dalam hal ini terdapat faktor dari manusia itu sendiri yang kemudian dijaga dan di ridhoi Allah SWT.

Daftar Pustaka :
Ali, A. Mukti dkk (Ed), “Ensiklopedi Islam”, Jakarta : Departemen Agama RI, 1988.
Al-Qur’an Digital_(http://www.alquran-digital.com)
As Salus, Ali, Imamah dan Khilafah dalam Tinjauan Syar’ie, Jakarta : Gema Insani Press, 1997.
Anas, Andi, Konsep Wilayah Al-Faqih Munurut Imam Khomeini, Skripsi Pada Fakultas Ushuluddin Jurusan Perbandingan Agama UNISBA, 2006.

0 comments:

Comments

  © Islamic Ways Psi by Journey To Heaven 2008

Back to TOP