System Ekonomi Alternatif
Dengan Nama Allah yang begitu mulia meliputi semesta alam yang indah ini, penulis insya Allah kan menyampaikan kemuliaan yang terkandung dalam sistem ekonomi yang berasaskan islam dalam sebuah makalah sederhana yang diambil dari beberapa sumber yang ahli dibidangnya. Makalah ini bertujuan untuk membuka mata hati kita tentang keindahan Islam, dalam hal ini bagaimana Islam menjaga sebuah tatanan perekonomian agar sesuai dengan kaidah dasar manusia yang social dan capital. Penulis akan menyampaikan kebobrokan kapitalisme dan kehancuran sosialisme dan merkantalisme di belahan dunia, dan tidak lupa penulis juga menyampaikan tentang system ekonomi islam dan sedikit tentang system ekonomi Pancasila.
SISTEM EKONOMI
Dalam sejarah kita menjumpai berbagai ideologi ekonomi. Ideologi tersebut menjadi dasar terciptanya beraneka sistem ekonomi yang mempengaruhi perkembangan masyarakat dunia. Kamanto Sunarto (dalam Kornblum) mengindentifikasikan tiga ideologi ekonomi : merkantilisme, kapitalisme, dan sosialisme serta beberapa variasi darinya seperti sosialisme demokratis dan walfare capitalism.
Ketiga Ideologi ini dalam sejarah mempunyai kurun waktu tertentu dan menjelma menjadi kekuatan adidaya. Kekuatan ideologi Islam runtuh tahun 1924, yaitu bertepatan dengan Khalifah Usmaniyah. Kita tentu juga memahami sejak tahun 1991 ( yaitu runtuhnya Uni Soviet ) hanya ada satu kekuatan Ideologi yang akhirnya berkuasa dan adidaya saat ini yaitu Kapitalisme dibawah pimpinan AS.
Dari Kapitalisme muncul paham derivat yaitu demokrasi, liberalisme, pluralisme, materialisme, neoliberalisme. Sudah merupakan kesepakatan para negarawan dan rahasia umum bahwa ideologi akan menjelma kekuatan yang real jika di ambang sebuah negara.
Menurut penulis, penganut ideologi kapitalisme / sosialisme sendiri selamanya tidak akan rela memberi kesempatan ideologi lainnya tumbuh, muncul dan berkembang sehingga mengurangi dominasi dan kekuatannya. RRC, Korut, Vietnam, Cuba hingga kini menjadi duri-duri bagi dominasi AS. Sebagian Umat Islam yang berusaha menganut ideologi Islam sepenuh hati pun demikian.
Steorotipe buruk dan negative pun ditempelkan pada siapa saja yang berkeinginan ideologi lain tumbuh. Hal itu dimaksudkan agar orang lain membenci, menjauhi, menentang dan mungkin menghujat upaya pertumbuhannya. Walau terkadang tanpa disadari oleh orang yang membenci, menghujat dan menolaknya, ideologi alternatif lain itu ( Islam ) berasal dari asas akidah murni yang ia pilih.
Menurut hemat saya, Ideologi bukanlah agama. Namun bisa jadi sebuah agama sekaligus ideologi. Sebab, ideologi mencakup dua subtansi: asas / akidah dan aturan kehidupan ( syariat ). Masing-masing ideologi memiliki asas / akidah dan aturan.
Agama sendiri berasal dari bahasa sansekerta, a= tidak, gama= kekacauan. Agama sendiri sering disandingkan dengan akidah spiritual tanpa aturan kehidupan atau syariat.
Orang muslim yang bisa saja ia berakidah Islam namun berideologi kapitalisme ( plus derivatnya liberalisme, demokrasi) atau bisa juga berakidah Islam namun berideologi marxisme ( sosialisme komunisme ).
Bagi seorang muslim untuk menjadi kaffah seharusnya ia berakidah Islam dan berideologi Islam. Jadi Islam sebenarnya adalah merupakan satu-satunya agama berideologi.
Lalu bagi pemeluk agama lain, mereka memiliki akidah agama-agamanya masing-masing dan kemungkinan memilih satu dari tiga pilihan yaitu kapitalisme, sosialisme dan Islam.
Non muslim tetap dengan memeluk bebas agamanya dengan aturan kehidupan bisa jadi berasal dari buah kapitalisme, sosialisme atau Islam.
Yang saya pahami, karena saya muslim, untuk Negara yang seluruhnya menerapkan asas dan syariat Islam ( khalifah atau daulah Islam ) ada pengkhususan mengenai bagi penganut non-muslim.
Khusus untuk wilayah komunitas non-muslim yang seluruh penduduknya non muslim dan menjadi warga negara khalifah, mereka diperbolehkan tetap menganut agamanya masing-masing. Selain itu dalam wilayah komunitas non muslim tersebut, aturan sehari-harinya sudah seharusnya memakai aturan agamanya masing-masing di wilayah tersebut.
Di wilayah tersebut mereka diperbolehkan minum, makan, berpakaian, menyelenggarakan upacara keagamaan, menikah, memasang symbol-simbol agama.. Baru ketika pada aturan berinteraksi ( muamalah ) memakai aturan Islam. Misalnya ekonomi memakai bagi hasil ( mudharabah ), non riba, tidak boleh mengurangi timbangan dll. Dari sisi hak dan kewajiban sebagai warga negara baik non muslim dan muslim adalah sama.
Kondisinya sekarang bila khilafah tidak ada, siapa pun tak bisa menuntut untuk diperlakukan seperti ketika khilafah ada.
Kegagalan MARXISME DAN KAPITALISME
Sebelum penulis memaparkan tentang Sistem Ekonomi Islam, terlebih dahulu penulis akan memberikan beberapa kegagalan MARXISME DAN KAPITALISME ada baiknya kita mempertimbangkan alternatif lainnya.
Meskipun kita menganggap krisis ini sebagai krisis sistem ekonomi kapitalis, ini tidak bermakna sistem ekonomi kapitalis akan musnah seperti yang berlaku kepada sistem ekonomi komunis-sosialis. Ini kerana kapitalis yang sebenarnya yaitu Amerika Syarikat dan sekutu Baratnya masih kokoh untuk jangka waktu yang mungkin lama. Kegagalan sistem ekonomi komunis-sosialis dulu agak mudah untuk diprediksi dan diterangkan kerana sistem itu sendiri hakikatnya beroperasi tidak selari dengan tabii manusia justeru tidak mempunyai keanjalan untuk menyesuaikan peranannya bagi kebaikan manusia.
Sistem ini dengan mudahnya akan hancur, bukan kerana faktor ideologi politik dan kekuatan militer, ia tidak perlu menunggu sehingga berusia tiga abad untuk menutup buku sejarahnya. Tetapi sistem ekonomi kapitalis tampak istimewa sifatnya karena ia mampu menyesuaikan diri dalam beberapa keadaan dan fitrah manusiaoleh karena ia mampu diterima dan diterapkan. Oleh kerana sistem ekonomi kapitalis mendapat penerimaan yang baik di kalangan umat manusia selama ini ia dianggap satu-satunya sistem ekonomi yang patut diterapkan.
Dengan itu juga disiplin ekonomi sebagai kajian akademik dilhamkan, dirancang, disusun, dilaksanakan berdasarkan sistem ekonomi kapitalis. Sistem ekonomi kapitalis sebenarnya menjadi satu absolute paradigme yang diajarkan kepada mereka yang belajar ekonomi sebagai benar, sah, praktikal, pragmatik dan seumpamanya. Justeru tidak mungkin bagi mereka yang diasuh dalam absolute paradigm ini untuk keluar dari kerangka paradigma itu.
Diantara unsur penting dalam paradigma sistem ekonomi kapitalis ialah ide mengenai :
(I) Sifat rasional manusia sebagal pelaku ekonomi yang bertindak untuk kepentingan pribadi.
(II) Berharap kepada penumpukan kapital dan modal sebagai penggerak aktivitas ekonomi.
(III) Penekanan kepada pertumbuhan Pembangunan sebagai tolak ukur kemajuan ekonomi.
(IV) Penyerahan secara total kepada tekanan dan sentimen pasar untuk menentukan perjalanan aktivitas ekonomi
(V) Pengabaian kepada faktor selain ekonomi dalam melihat semua kegiatan ekonomi.
Ini sebenarnya hanya sebahagian dari pada unsur yang membentuk paradigma ekonomi kapitalis. Unsur ini jika dipermudahkan boleh di istilahkan sebagai rasional agent, capital, growth, laissez faire dan ceteris paribus yang menjadi logos dalam menjadikan ahli ekonomi tergolong dalam logosentrisme. Kita sebenamya boleh membuktikan paling tidak ada lima unsur nama paradigma sistem ekonomi kapitalis ini berperanan secara langsung dalam meyebabkan krisis ekonomi global dan sesuai dengan yang kita alami sekarang.
Pertama, yang paling mudah kita ambil ialah bagaimana dalam sistem ekonomi kapitalis manusia diterima sebagai rasional dan untuk itu boleh bertindak untuk kepentingan peribadi.
Kedua, mobilisasi modal menjadi aktivitas paling significant dalam sistem ekonomi kapitalis sedangkan kita tahu modal bukanlah kapital yang sebenarnya dalam ekonomi. Justru Pasar uang dan saham tidak produktif dalam sistem ekonomi, ia lebih kepada transaksi dalam bentuk kertas dan bukan barang atau dalam perjanjian ekonomi.
Ketiga, kita selama ini lebih menitik beratkan kepada pertumbuhan ekonomi, tanpa memikirkan kesenjangan yang terjadi dari pesatnya pertumbuhan tersebut.
Keempat, tiada yang istimewa dari pasar global melainkan yang berkuasa akan memonopoli pasar itu. Pasar global atau l free-market lebih menjadi mitos dari realitas.
Kelima, ceteris paribus sistem ekonomi kapitalis gagal menganalisa faktor non ekonomi, pelaku ekonomi yang lebih menentukan arah aktivitas ekonomi daripada sifat rasional.
Sistem ekonomi kapitalis jelas bukan satu sistem yang sempurna. Begitu juga halnya dengan paradigma disiplin ekonomi semasa yang mendapat inspirasi daripada sistem ekonomi kapitalis juga bukanlah sempurna sifatnya. Oleh karena itu, ahli ekonomi harus berupaya keluar daripada perangkap paradigma ekonomi saat ini jika mereka mengambil peran secara substantife dan contributife dalam menghadapi krisis ekonomi pada saat ini. Saat kita sibuk menyelesaikan masalah yang krusial dan tidak boleh hilang adalah perspektif untuk melihat perkara yang berlaku secara lebih global dan intelektual. Disiplin ekonomi saat ini, jika ingin menjadi disiplin ilmu yang deskriptif, preskriptif, normatif dan prediktif seharusnya mampu melihat masalah ekonomi yang kita hadapi sekarang dengan lebih proaktif dan tidak hanya sebagai pelapor fenomena yang berlaku apabila krisis ekonomi berakhir.
Dalam blog internet "IndoProgress" saya dapatkan artikel yang ditulis oleh Coen Husein Pontoh berjudul "Depolitisasi Pasca Mao". Di sana dipaparkan depolitisasi yang terjadi di RRC-Deng yang dimaknai dengan kaca mata gerakan Kiri Baru oleh Hui dan tampaknya diadopsi dalam artikel Coen ini, yang menurut pendapat saya mereka masih tetap dalam paradigma berfikir atau menganalisis dengan pendekatan yang Marxistis juga. Padahal sudah jelas kegagalan RRC-Mao dan Uni Soviet dalam cita-cita dan usaha mereka membangun "sorga di muka bumi" yang disebutMasyarakat Komunis yang cetak birunya adalah sistem ekonomi Marxis.
Marxisme itu tidak pernah terbukti berhasil memberikan pertumbuhan ekonomi dan demokrasi politik, karena yang dilahirkan di Uni Soviet dan RRC pada strata ekoniminya berupa pemerataan kemiskinan alias "neraka di dunia" dan bukan "sorga di dunia"; dan pada strata politiknya kediktatoran atas nama "diktator proletariat" yang jelas-jelas anti demokrasi. Dengan membuang sistem ekonomi Marxis yang hanya melahirkan pemerataan kemiskinan alias "neraka dunia" itu, tetapi tetap mempertahankan sistem politik kediktatoran yang mengandalkan kepada okol intel, polisi dan militer.
Dari 7 bekas negara jajahan Uni Soviet di Asia tengah ada 7 film dokumrnter yang menggambarkan tentang nasib wanita di sana, sebagai warisan dari zaman Uni Soviet masih hidup. Dalam film produksi Open Society itu terungkapkan kemiskinan ditingkat rakyat yang sampai sekarang belum tertalangi, ditambah lagi bagaimana rendahnya pandangan masyarakat terhadap gender wanita di sana. Film itu dengan jitu menggambarkan bagaimana terbelakangnya kehidupan di bekas-bekas jajahan
Uni Soviet di Asia Tengah itu.
DUA TEMPURUNG
Itulah yang bisa kita baca pada realita kehidupan rakyat-rakyat di Uni Soviet dan RRC-Mao yang menunjukkan kegagalan sistem Marxisme di bidang ekonomi, politik, sosial dan budaya. Padahal sekian puluh tahun waktu telah dihabiskan oleh kedua rezim tersebut, juga sekian juta nyawa dipersempahkan sebagai korban sesajen untuk sabda-sabda sosial, politik, ekonomi, budaya, filsafat, dll. yang tercatat dalam kitab suci "Das Kapital" karya Dewa Marx (Penganut Materialisme yang Hegelian) itu.
Karenanya, usaha Wang Hui, dan tampaknya seperti diikuti oleh Coen, adalah tak lebih dari usaha menegakkan benang basah belaka, karena jelas membutakan diri terhadap hubungan genealogis antara kegagalan sebagai realitas di hilirnya dan Marxisme sebagai pangkal berangkatnya pergerakan di hulunya.
Ketidakmampuan membaca genealogi permasalahannya itulah, yang menyebabkan pemikir-pemikir Marxis seperti Wang Hui dan Coen Husain Pontoh dan kameradnya akan selalu terjebak untuk tetap berkutat di dalam kubangan di bawah tempurung Marxisme terus sampai akhir zaman. "No exit!" itulah yang terjadi pada para pemikir Marxis ini.
Deng sudah benar dengan berani keluar dari tempurung Marxisme itu, tetapi sayangnya dia terjebak oleh Berkeley Mafia, seakan-akan mengamini pernyataan Margareth Tatcher yang menyatakan tidak ada system ekonomi yang lain di luar Kapitalisme Neo-liberal. Padahal jelas terbukti di mana-mana sistem ini hanya mampu memberikan pertumbuhan ekonomi tapi tidak punya sistem pemerataan kecuali apa yang diharapkan dari teori trickle down effect itu saja, maka akibatnya akan selalu ada kesenjangan sosial-ekonomi antara yang diperkaya dengan yang dimiskinkan oleh struktur yang ada di dalam sistemnya itu.
Pertumbuhan ekonomi yang dibawa oleh Kapitalisme Neo-liberal itu adalah berupa lahirnya para konglomerat yang kuat dalam jumlah segelintir manusia saja, dan kelas menengah yang lumayan jumlahnya tapi tetap tak berdaya bagaikan busa yang mudah dihempaskan oleh gelombang "boom and bust" yang juga tak terhindarkan di dalam sistem ini, dan akhirnya selebihnya adalah yang tergolong tidak kaya, miskin atau di bawah garis kemiskinan. Inilah kubangan lain lagi, yaitu yang berada di bawah tempurung system Kapitalisme Neo-Liberal.
Harusnya Deng jangan terlalu cepat dalam mencari jalan keluar dari realitas kegagalan Marxisme itu. Bahwa perlakuannya terhadap Marxisme sudah benar, yakni harus diperlakukan dengan "forget it!" dan juga seharusnya menolak Kapitalisme Neo-Liberal yang diajarkan oleh Berkeley Mafia. Tapi nyatanya RRC mengundang profesor Berkeley Mafia untuk mengajarkan ilmu ekonomi kapitalis di Nanjing University sebagai awal usaha memasuki era ekonomi Kapitalisme untuk RRC. Sementara system ekonominya sudah berubah, sistem politiknya tetap otoriterian "diktator proletariat" warisan dari Marxisme.
ALTERNATIF DI LUAR TEMPURUNG
Kelompok pemikir dan peneliti yang bergabung di dalam Forum on Globalization (IFG) telah melakukan telaah terhadap dampak globalisasi Kapitalisme Neo-Liberal ini, sebagaimana bisa dibaca hasilnya berupa kumpulan tulisan para ahli berbagai bidang dalam "The Case Against the Global Economy" (1996) itu. Kelompok ini juga menawarkan jalan keluarnya, yang jelas bukan Marxisme, melainkan mereka rumuskan dalam kumpulan tulisan dalam buku "Alternatives to Economic Globalization" (2002). Seperti juga diungkapkan dalam dua buku David C. Korten "When Corporations Rule the World" (1995) dan "The Post-Corporate World" (1999).
Buku-buku semacam itu, yang memuat pandangan-pandangan alternatif di
luar Kapitalisme Neo-Liberal dan Marxisme sudah banyak beredar, dan pengaruhnya besar sekarang, baik di AS maupun di Amerika Latin dan Eropa. Jadi, Tatcher tidak benar, karena masih banyak alternatif lain di luar yang dua itu. Yang pertama harus dilakukan adalah menempatkan yang dua warisan masa lampau itu sebagai model yang sudah kedaluwarsa. Ucapkanlah "forget them!" dan mulailah dengan
mempertimbangkan sejumlah tawaran alternatif, mana yang pas untuk lokal masing-masing. Kalau tidak ada yang pas, maka carilah dari menelaah lokal sendiri untuk mendapatkan diagnose yang pas untuk lokalnya itu. Forget IMF dan lain-lain itu!
Di Amerika Latin, yang menonjol adalah pengaruh pemikiran para pencari alternatif ini pada Presiden Brazil yang terkenal dengan nama panggilan "Mr Lula" dalam praktiknya sebagai pemimpin --- dan dia sukses, antara lain telah menghilangkan kemiskinan struktural di daerah urban perkotaan yang kemudian melahirkan ladang enerji etanol sebagai alternatif terhadap oil. Etanol dibuat dari tebu. Dulunya ladang-ladang ini ditinggalkan akibat urbanisasi dan industrialisasi
akibatnya daerah agraria berubah menjadi ladang penanaman bahan narkotik. Tapi sekarang ladang-ladang itu menjadi sumber cikalbakal ethanol! Dan pemerintah Lula melindungi petani tebu dari himpitan pasar bebas (free market) yang bisa saja menjatuhkan harga pasar ke titik rendah yang bisa merugikan petani tebu itu, dengan menerapkan system pasar-adil (fair market).
Ini salah satu contoh bagaimana politik ekonomi bisa dicari di luar Kapitalisme dan Marxisme/Komunisme. Bahwa Tatcher ternyata tidak benar, sebab masih banyak alternatif di luar dua tempurung produk para pemikir masa lampau itu.
SISTEM EKONOMI ISLAM
Setelah penulis memaparkan beberapa sistem ekonomi, tentunya kita perlu mencari sebuah sistem alternative yang sesuai dengan bangsa Indonesia yang mayoritas penduduknya adalah muslim.
Sebagai masyarakat agamis yang juga menganut azas islam yang diimplementasikan ke dalam kaidah ekonomi, yang lazim kita sebut dengan ekonomi Islam.
Sistem ekonomi Islam tidak sama dengan sistem-sistem ekonomi yang lain. Ia berbeda dengan sistem ekonomi yang lain. Ia bukan dari hasil ciptaan akal manusia seperti sistem kapitalis dan komunis. Ia adalah wahyu dari Allah SWT yang diaplikasikan kepada kaidah ekonomi yang berlaku. Sistem ciptaan akal manusia ini hanya membicarakan permasalahan lahiriah semata tanpa menitik beratkan soal hati, roh dan jiwa manusia. Hasilnya, sistem lahiriah itu sendiri tidak tercapai dan manusia menderita dan tersiksa. Berlaku penindasan, tekanan dan ketidakadilan. Yang kaya bertambah kaya dan yang miskin bertambah miskin. Ekonomi Islam sangat berbeda dengan system yang ada.
Di antara ciri-ciri ekonomi Islam ialah:
1. Melibatkan Tuhan,
Orang Islam berekonomi dengan niat kerana Allah dan mengikut peraturan dan hukum-hukum Allah Taala. tujuannya adalah untuk mendapat redha dan kasih sayang Allah. Syariat lahir dan batin ditegakkan dan hati tidak lalai dari mengingat Tuhan. Aktivitas berniaga dianggap zikir dan ibadah kepada Allah SWT. Ia adalah jihad fisabilillah dan menjadi satu perjuangan untuk menegakkan Islam dan mengajak manusia kepada Tuhan. Sesibuk apapun dalan hal perniagaan, Allah SWT tidak pernah dilupakan. Berekonomi dan berniaga secara Islam adalah di antara jalan untuk menambah taqwa.
2. Berlandaskan taqwa.
Kegiatan ekonomi dalam Islam merupakan jalan untuk mencapai taqwa dan melahirkan akhlak yang mulia. Ini adalah tuntutan Tuhan. Kalau dalam sistem ekonomi kapitalis, modalnya uang untuk mendapatkan uang, tetapi dalam ekonomi Islam modalnya taqwa untuk mendapatkan taqwa.
Dalam Islam, berekonomi adalah untuk memperbesar, memperpanjang dan memperluaskan syariat Tuhan. Ekonomi itu jihad dan ibadah. Oleh itu tidak boleh terkeluar dari konsep dan syarat-syarat ibadah. Kegiatan ekonomi atau perniagaan yang dibuat itu tidak haram dan tidak melibatkan perkara-perkara yang haram. Ibadah asas seperti solat, puasa dan sebagainya tidak boleh ditinggalkan. Kalau solat ditinggalkan, ibadah berekonomi sepertimana juga ibadah-ibadah yang lain akan dengan sendirinya tertolak.
Hasil dari ekonomi yang berlandaskan taqwa, akan lahir ukhuwah dan kasih sayang, mendahulukan kepentingan orang lain dan berbagai sifat-sifat yang luhur. Semua yang terlibat dengan kegiatan ekonomi Islam ini akan menjadi tawadhu’ dan rendah diri. Akan hilang segala penindasan, penekanan, penzaliman dan ketidakadilan. Ketakutan dan kebimbangan akan lenyap. Akhirnya masyarakat madani yang diidam-idamkan selama ini dapat tercapai.
Ekonomi Islam lebih mementingkan sifat taqwa daripada modal financial yang besar. Ilmu, pengalaman, skill, kekayaan alam dan sebagainya. Orang bertaqwa itu ditolong Tuhan seperti dalam firman-Nya maksudnya:
“Allah itu pembela bagi orang-orang yang bertaqwa” (QS. Al Jasiyah: 19).
Orang yang bertaqwa itu, usahanya sedikit tetapi hasilnya banyak. Apalagi kalau usahanya banyak. Kalau orang yang bertaqwa menghadapi masalah, Allah akan mengadakan baginya jalan keluar dan dia diberi rezeki oleh Allah dari sumber-sumber yang tidak disangka-sangka.
3. Penuh suasana kekeluargaan
Dalam Perusahaan yang islami akan timbul rasa kekeluargaan diantara Atasan dan Bawahan, tidak terjadi batas antara mereka karena mereka bekerja dalam suasana kekeluargaan. Ada profesionalitas kekeluargaan, seperti tanggung jawab seorang anak ( Bawahan ) kepada Orang Tua ( Atasan ) mereka.
4. Penuh kasih sayang
Islam menganggap berekonomi itu ibadah. yaitu ibadah kepada sesama manusia. Manusia lah yang Tuhan tuntut supaya berkasih sayang.
Justru itu, pelaku ekonomi islam menganggap bahwa semua relasi adalah saudara dan memperlakukan mereka layaknya seperti saudara. Setiap relasi bisnis dan kustumer dianngap tamu agung. Mereka datang membawa rahmat dan kembalinya menghapuskan dosa. Pelanggan jugalah orang yang membantu mereka memperbaiki dan mendidik hati. Oleh karena itu, Relasi dan rekan sungguh mahal dan sungguh istimewa. Mereka diberi kemesraan dan kasih sayang. Kalau ada relasi yang memerlukan barang dan jasa tetapi ternyata tidak mampu membayar tagihannya, maka diberika kelonggaran untuk membayar tagihan tersebur menurut kemampuan relasi tadi. Kalau dia fakir dan miskin hingga tidak mampu membayar langsung, maka menjadi tanggung jawab pihak yang berniaga pulalah untuk memberikan keperluannya itu dengan Cuma-cuma. Tuhanlah yang akan membayarkan untuknya. Inilah ekonomi taqwa dan kasih sayang.
Dalam ekonomi kapitalis, tidak ada kasih sayang. Mereka hanya memerlukan profit dan memperbanyak relasi bisnis. Jangankan hendak membantu manusia, bahkan mereka sanggup menyusahkan, menekan, menindas dan menipu manusia dalam proses mengejar profit tersebut.
5. Keuntungan perdagangan untuk masyarakat
Dalam ekonomi Islam, keuntungan ada dua bentuk. Satu adalah keuntungan maknawi dan satu lagi keuntungan maddi (material). Islam mengajar ahli ekonomi dan perdagangannya untuk mengutamakan untung maknawi daripada untung material. Kalaupun ada keuntungan material, ia perlu dihalakan semula dan diperguna untuk kepentingan masyarakat. Islam tidak menganjurkan keuntungan material ditujukan untuk diri sendiri, keluarga, kelompok atau golongan. Keuntungan boleh diambil sekedar perlu tetapi selebihnya mesti dikembalikan kepada Tuhan melalui bantuan kepada fakir miskin dan masyarakat. Inilah apa yang dikatakan bersyukur.
Ekonomi Islam lebih mementingkan jasa / pelayanan kepada masyarakat daripada mengumpulkan keuntungan material yang besar. Keuntungan material kalaupun ada, perlu disalurkan semula kepada masyarakat.
6. Tidak ada hutang berunsur riba
Islam tidak membenarkan riba. yaitu pinjaman berbunga tetap untuk jangka masa yang tertentu. Islam mempunyai cara system tersendir tersendiri . Antaranya ialah mudharabah, musyarakah, berkorban dan sebagainya.
Riba menimbulkan berbagai masalah dan krisis. Ia sangat menekan, menindas dan mencekik si peminjam. Orang atau badan usaha yang memberi pinjaman riba menjadi kaya tanpa usaha. Dia menjadi kaya atas titik peluh orang lain. Riba dalam ekonomi membuatkan harga barang dan jasa menjadi tinggi karena intimidasi. Usaha ekonomi yang berasaskan riba juga takluk kepada tekanan karena semakin lama pinjaman tidak dibayar, maka bunganya akan lebih besar.
Konsep Dunia Islam
Pandangan sistem ekonomi Islam terhadap beberapa masalah berasaskan kepada 3 konsep yaitu tauhid, khalifah dan keadilan.
Konsep tauhid adalah asas falsafah yang paling penting. Tauhid membawa maksud bahwa alam ini diciptakan oleh Allah Yang Esa dan semuanya dijadikannya ada faedah yang tersendiri. Allah mengaruniakan manusia kebebasan kehendak, kerasionalan dan kesadaran moral yang harus tumbuh bersama kepercayaan kepada Allah s.w.t.
Manusia adalah khalifah Allah di muka bumi ini. Allah Maha Mengetahui dengan menyampaikan risalahNya lewat Nabi Muhammad s.a.w. Rasulullah dan nabi-nabi seperti Musa, Ibrahim, Isa dan yang lain diutuskan sebagai pembimbing manusia ke jalan yang benar.
Manusia akan mencapai al-falah seandainya mereka mengambil dan mengamalkan segala ajaran para Rasul dala kehidupan. Balasan yang baik dan buruk akan diberikan kepada setiap hamba-hambanya. Setiap manusia, tanpa mengira hak keistimewaan individu atau ahli-ahli yang berpengaruh dalam sesebuah kaum, kumpulan ataupun negeri adalah khalifah. Khilafah pada dasarnya tertegak daripada asas kesepaduan dan persaudaraan sesama insan.
Persaudaraan yang dimaksudkan di sini haruslah disertai dengan keadilan seperti yang telah dijelaskan dalam Al-quran. Sesungguhnya, keadilan adalah objektif utama perlu ditegakkan oleh para Rasul ke muka bumi ini. Al-quran telah meletakkan bahawa keadilan adalah ‘ketaatan pada agama’.
Hal ini bermaksud bahawa ketaatan atau pembangunan moral ini adalah salah satu cara mendekati diri dengan Penciptanya iaitu Allah s.w.t melalui mematuhi segala perintah yang terkandung dalam Al-quran dan Sunnah.
SISTEM EKONOMI PANCASILA
Selain itu di Negara kesatuan Indosia kita juga mengenal istilah Sistem Ekonomi Pancasila yang berdasarkan kepada Pancasila dan UUD ’45, yang sering diistilahkan dengan Sistem Ekonomi Koperasi.
Sistem Ekonomi Pancasila memiliki empat ciri yang menonjol, yaitu :
1. Yang menguasai hajat hidup orang banyak adalah negara / pemerintah. Contoh hajat hidup orang banyak yakni seperti air, bahan bakar minyak / BBM, pertambangan / hasil bumi, dan lain sebagainya.
2. Peran negara adalah penting namun tidak dominan, dan begitu juga dengan peranan pihak swasta yang posisinya penting namun tidak mendominasi. Sehingga tidak terjadi kondisi sistem ekonomi liberal maupun sistem ekonomi komando. Kedua pihak yakni pemerintah dan swasta hidup beriringan, berdampingan secara damai dan saling mendukung.
3. Masyarakat adalah bagian yang penting di mana kegiatan produksi dilakukan oleh semua untuk semua serta dipimpin dan diawasi oleh anggota masyarakat.
4. Modal atau pun buruh tidak mendominasi perekonomian karena didasari atas asas kekeluargaan antar sesama manusia.
Dalam kemajemukan dan masyarakat yang pluralis tentunya Sistem ekonomi Pancasila sangat tepat di gunakan di Negara Kesatuan Republik Indonesia melawan berbagai sistem global yang menjamur di belahan dunia lain.
Menurut Moh. Hatta ( 1955:80 ), “Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan kekeluargaan. Bangun perusahaan yang sesuai dengan itu adalah Koperasi”.
Hubungan antar anggota koperasi satu dengan yang lainnya harus mencerminkan oran0orang bersaudara untuk melaksanakan self-help dan otoaktiva guna kepentingan bersama melalui rasa solidarita dan individualita.
Dasar perekonomian rakyat mestilah usaha bersama, dikerjakan secara bersama, dikerjakan secara kekeluargaan. Kperasi paham Indonesia, memberikan segi ekonomis kepada koperasi sosial yang sudah ada dalam masyarakat Indonesia, yaitu gotong royong.
Dalam hubungan dengan sistem ekonomi, bisa kita simpulkan bahwa sistem ekonomi Pancasila yang demokratis dan berkeadilan sosial adalah sistem ekonomi yang mampu menjamin keadilan ekonomi, dan sekaligus menjamin pembagian (distribusi) yang adil setelah proses produksi terselesaikan. Adanya tiga bangun usaha dalam perekonomian tidaklah menghambat perwujudan keadilan ekonomi dan keadilan sosial.
Dapat disimpulkan dari uraian diatas bahwa sistem ekonomi Islam dan sitem ekonomi Pancasila memiliki banyak kesamaan dan memiliki visi yang sama yaitu keadilan bagi seluruh masyarakat, bukan bagi sekelompok orang.